Dildaar80's Weblog

Benarkah Rasulullah s.a.w. Pernah Terkena Sihir atau Tenung alias Santet?

Posted on: 11 Juni 2009


Oleh Syubair Ahmad Tsaaqib

Kisah atau isu bahwa Rasulullah disihir lalu turun surah al-Falaq dan An-Naas guna menjampinya kemudian beliau sembuh mungkin pernah kita dengar dan baca. Dalam majalah berbahasa Arab ‘At-Taqwa’ vol. 14 Edisi VII, November 2001 terdapat artikel menarik berjudul ‘Hal Suhira Rasulullah?’ artinya Apakah Rasulullah s.a.w. terkena Sihir?. Dibawah ini adalah terjemahan yang agak panjang dari artikel tersebut yang dilakukan oleh Mln Ridwan Buton, Mubaligh muda sebuah Jamaah Islam yang sekarang tinggal di Pulau Buru, Maluku.

Dalam beberapa riwayat disebutkan bahwa setelah perjanjian Hudaibiyah ada seorang laki-laki yang bernama Lubaid bin Al-A’sham telah menyihir Rasulullah shollolloohu ‘alaihi wa sallam Ia memasang sihir atau sesuatu yang biasa digunakan untuk menyisir rambut. Lantas ia mengikatnya dengan tali dan meludahinya kemudian ia memasukkannya ke dalam sumur. Riwayat-riwayat itu menceritakan bahwa Rasulullah shollolloohu ‘alaihi wa sallam berada dalam pengaruh sihir ini selama beberapa hari. Beliau selalu dibayang-bayangi oleh kesedihan, kesusahan dan kegelisahan. Beliau selalu memperbanyak doa disebabkan kegalauan jiwa.

Riwayat-riwayat itu menceritakan bahwa dialah yang melepaskan serangan-serangan itu sehingga tiab-tiba Rasulullah shollolloohu ‘alaihi wa sallam berada dalam keadaan lemah yakni mengalami lupa berat. Samapi-sampai beliau mengira telah melakukan sesuatu padahal tidak. Setahu beliau menganggap beliau sedang mendatangi isteri-isteri beliau padahal sebenarnya tidak. Sesungguhnya kebiasaan beliau yang beberkat yaitu mendatangi isteri-isteri beliau satu per satu pada setiap sore untuk mengecek keadaan-keadaan mereka hingga beliau sampai di rumah isteri yang memperoleh giliran untuk beliau bermalam. Ketika mencapai puncaknya, Allah s.w.t. memukakan kepada beliau dengan perantaraan mimpi yang benar mengenai perbuatan yang keji ini (sihir).[1]

Seandainya kita menerima riwayat-riwayat ini secara letterlek, pasti akan tampak bagi kita bahwa sosok Rasulullah shollolloohu ‘alaihi wa sallam yang penuh berkat itu sangat lemah derajatnya sehingga memungkinkan orang-orang untuk mengatakan bahwa setiap orang jahat yang memusuhi beliau bisa menguasai beliau s.a.w. dan mengatur-atur beliau sekehendak hatinya melalui perantaraan sihir. Buktinya, musuh-musuh yang memiliki kekuatan mampu menguasai hati beliau ygang suci dan kecerdasan beliau yang cemerlang dengan cara menenung dan menyihir beliau sehingga – na’udzu billaahi min dzaalik – Nabi shollolloohu ‘alaihi wa sallam tidak berdaya dan hilang akal di hadapan sihir-sihir mereka.

Sebelum kami membantah syubhat-syubhat dan kebusukan-kebusukan yang terdapat dalam cerita-cerita ini, kami merasa perlu untuk menjelaskan bahwa setiap nabi memiliki dua sifat. Di satu sisi Rasulullah shollolloohu ‘alaihi wa sallam adalah nabi dan rasul Allah. Dari sisi ini beliau dikuatkan oleh para malaikat dan mukhothobah Ilaahiyah (bercakap-cakap dengan Tuhan). Dan beliau disebut sebagai guru yang memberikan contoh kepada para pengikut-pengikut beliau dalam masalah-masalah agama. Sedang dari sisi lain, beliau adalah manusia biasa seperti manusia-manusia lainnya. Dari segi ini beliau tunduk kepada setiap yang menundukkan semua manusia. Sebagaimana Allah berfirman: “Katakanlah: sesungguhnya aku adalah seorang manusia seperti kalian hanya saja aku diberi wahyu.” (Surah Al-Kahfi: 111)

Sungguh kasihan orang-orang yang menganggap bahwa para nabi yang mulia tidak tunduk kepada apa yang menundukkan manusia-manusia selain mereka misalnya, hajat, berbagai macam penyakit dan sebagainya. Sesungguhnya mereka sakit seperti manusia lainnya. Mereka pun melakikan pekerjaan-pekerjaan alami seperti yang dikerjakan oleh semua manusia. Hanya dengan dan penjagaan dari penyakit aneh. Perlu diketahui sihir itu tidak termasuk dalam kategori penyakit-penyakit alami. Sihir adalah kemampuan menyimpan sebuah pengaruh kedalam hati seseorang atau akalnya atau di luar kesadarannya dengan cara menidurkan secara magnetis (hipnotis-pent.) ini juga disebut sihir.

Supaya lebih jelas saya akan menyampaikan kepda anda beerapa makna sihir yang lainnya. Disebutkan dalam al-Ma’aajam al-Arobiyyah bahwa sihir artinya menipu; mengimitasi; mengeluarkan kebatilan dalam bentuk kebenaran; segala tipu muslihat yang dikerjakan oleh manusia; mengambil secra halus; memohon pertolongan kepda syaithan dengan cara mendekatkan diri kepadanya untuk memperoleh apa yang dicari. Jadi, kita dapat mengelompokan jenis-jenis sihir itu kedalam 3 bagian, yakni tipuan, dusta dan bohong; Menidurkan secara magnetis (hipnotis – pent.); dan memohon bantuan syaithan

Khusus bagian pertama telah digunakan oleh setiap penipu, pendusta dan pembohong untuk menentang setiap nabi sehingga manusia tertipu olehnya. Tipu-muslihat yang kotor itu digunakan untuk menjauhkan manusia dari para nabi yang benar. Inilah maksud yang sebenarnya dari cerita sihir terkenal yang kami tolak itu. Dimana musuh-musuh Rasulullah shollolloohu ‘alaihi wa sallam menyiarkan desas-desus tentang sakitnya beliau untuk menghilangkan kepercayaan orang-orang terhadap kebenaran beliau shollolloohu ‘alaihi wa sallam.

Adapun sihir atau menidurkan secara magnetis merupakan satu ilmu yang benar-benar ada dan tidak bisa dipungkiri. Akan tetapi ilmu itu tidak mampu untuk mempengaruhi Rasulullah shollolloohu ‘alaihi wa sallam sebab menurut para ulama, ilmu itu hanya mampu mempengaruhi hati orang-orang yang lemah. ‘Allaamah Ibnu al-Qoyyim berkata: “Mengenai tukang-tukang sihir, sesungguhnya sihir mereka hanya mampu mempengaruhi hati-hati orang yang lemah lagi pemarah (emosional), dan jiwa-jiwa yang suka menuruti keinginan syahwat yakni yang berhubungan dengan perbuatan-perbuatan rendah. Sihir inilah yang mampu mempengaruhi wanita, anak-anak, orang-orang bodoh, penduduk pedalaman (badui) dan orang-orang yang lemah dalam beragama, bertawakkal dan bertauhid.”[2]

Adapun Rasulullah shollolloohu ‘alaihi wa sallam adalah insan yang berhati suci yang memperlihatkan kebesaran Allah Ta’ala. Beliau memiliki derajat yang sangat kuat sehingga beliau mampu memikul firman (Allah) yang maha berat. Dan itulah amanat yang tidak sanggup dipikul oleh langit dan bumi. Ketawakkalan dan ketauhidan beliau melampaui derajat yang sangat tinggi.

‘Allaamah Az-Zurqoni dalam syarahnya menukil perkataan Imam Ar-Raazi demikian: “Pengaruh sihir tidak akan ada kecuali bagi orang-orang fasiq.”[3] Oleh karena itu, berprasangka bahwa Rasulullah shollolloohu ‘alaihi wa sallam telah tertimpa sihir adalah ocehan yang tertolak dan tidak masuk akal serta ditolak oleh akal sehat. Adapun memohon bantuan syaithan untuk menentang seorang Rasul pun merupakan perkara yang tertolak dan tidak bisa diterima. Apalagi sosok Rasulullah shollolloohu ‘alaihi wa sallam yang telah mengalahkan kekuatan syaithan melalui mukjizat belau sehingga syaithan yang ada pada beliau telah menjadi muslim.

Tidak diragukan bahwa Rasulullah shollolloohu ‘alaihi wa sallam adalah rasul terbaik. Dan tidak ada dan tidak aka nada seorang pun yang mampu menghancurkan kekuatan thaghut seperti yang dilakukan Rasulullah shollolloohu ‘alaihi wa sallam jadi tidak pantas serta tidak layak bahkan tidak benar kalau ada yang mengatakan bahwa – na’udzu billaah – beliau suatu hari pernah terkena hantaman sihir syaithan yang didatangkan oleh orang Yahudi yang hina itu (si penyihir Lubaid-editor). Tidak mungkin seorang makhluk Allah yang termulia terpengaruh oleh pekerjaan kotor ini. Cerita-cerita ini tidak lain melainkan pikiran-pikiran kotor yang bertentangan dengan akal manusia.

Muhammad shollolloohu ‘alaihi wa sallam berkata kepada Siti ‘Aisyah r.a.: “Pada setiap manusia terdapat syaithan,” ‘Aisyah bertanya: “termasuk pdamu, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab: “Iya, akan tetapi Tuhanku telah menolongku sehingga setan itu telah menjadi Muslim.”[4]

Berdasarkan keterangan yang jelas dan terang ini diketahui bahwa sesungguhnya cerita-cerita itu tidak berdasar dan penuh dengan rekayasa dimana seorang Yahudi yang menurut Al-Qura’an sebagai manusia yang dimurkai (al-maghdhuub) telah meminta bantuan setan dan telah menuasai seoarang sosok manusia yang memiliki makrifat yang agung, Muhammad al-Mushthofa shollolloohu ‘alaihi wa sallam dengan sihir sehingga beliau mengalami kesusahan, kebimbangan dan sakit karena pengaruh sihir setan ini – na’udzu billaahi – kami berlindung kepada Allah dari hal-hal yang tidak berdasar dan tidak beradab ini.

Pernyataan Al-Quran al-Majid

Al-Quran Menyatakan:

“Akan tetapi, syaithanlah yang kafir, mereka mengajarkan sihir kepada manusia.” (Surah Al-Baqoroh 2: 103)

“Sesungguhnya engkau (setan) tidak memiliki kekuatan untuk menguasai hamba-hamba-Ku…” (Surah Al-Isro : 66)

Dan Dia berfirman mengenai penggunaan sihir untuk menentang para nabi:

“…para tukang sihir tidak akan berhasil.” (Yunus : 78)

Dan Dia berfirman: “…dan tukang sihir tidak akan sukses dimana pun ia datang.” (Thoha : 70)

Yakni, para tukang sihir itu bagaimana pun usaha mereka sekali-kali tidak akan pernah berkutik di hadapan para nabi. Jadi, dengan dikemukakan perihal nabi diketahui bahwa Al-Quran sungguh telah menolak secara tegas adanya sihir yang menghantam Rasulullah shollolloohu ‘alaihi wa sallam bahkan Al-Qur’an telah member gelar azh-zholimiin (orang-orang zalim) kepada orang-orang yang memberi gelar pada beliau ‘al-mashuur’ (orang yang terkena sihir) sebagaimana Dia berfirman: “Ingatlah ketika orang-orang zalim berkata: “…tidaklah kalian ikuti melainkan seorang laki-laki yang terkena sihir.” (Bani Israel atau Al-Isroo’ : 48)

Dengan demikian, sesungguhnya Al-Qur’an telah menentang kemungkinan terjadinya pengaruh sihir terhadap sosok makhluk yang termulia yakni pemimpin kita Muhammad al-Mushthofa shollolloohu ‘alaihi wa sallam. Pendeknya sesungguhnya Al-Qur’an menentang orang-orang yang mencela Nabi s.a.w. dengan kata-kata: “Sesungguhnya penamaan Rasulullah shollolloohu ‘alaihi wa sallam sebagai al-Mashuur (yang terkena sihir) adalah perbuatan zalim dan melampaui batas. Menurut pernyataan Al-Qur’an sesungguhnya cerita tentang sihir itu tidak lain melainkan rekayasa orang-orang zalim. Sebenarnya Rasulullah shollolloohu ‘alaihi wa sallam tidak pernah terkena sihir sebagaimana Allah telah menolak diri beliau disebut ‘al-mashuur’.

Pendapat Imam al-Bukhari

Imam al-Bukhari telah menceritakan kisah ini di dalam shahihnya dan beliau telah memberi isyarat mengenai poin-poin yang halus dengan cara berikut ini:

a. Beliau telah menceritakan kisah ini dalam kitab Ath-Thib (Pengobatan) untuk mengisyaratkan bahwa sebenarnya yang terjadi itu Rosulullah shollolloohu ‘alaihi wa sallam mengalami sakit dan bukan terkena sihir.

b. Beliau telah mengemukakan ayat-ayat berikut ini dalam bab tentang sihir dalam kitab ath-Thib:

‘..walaakinnasy-syayaathiina kafaruu yu’allimuunannaasas-sihro..’

“…akan tetapi, setanlah yang kafir, mereka mengajarkan sihir kepada manusia.” (Surah Al-Baqoroh 2: 103)

‘…wa laa yuflihus saahiru haitsu ataa’

“…seorang penyihir tidak akan sukses dimana saja ia berada.” (Thoha: 80)

‘…a fata’tuunas sihro wa antum tubshiruun’

“…apakah kalian akan mendatangi sihir padahal kalian melihat?” (Surah al-Anbiyaa’: 4)

‘…yukhoyyalu ilaihi min sihrihim annahaa tas’aa…’

“..sihir-sihir mereka seolah-olah terlihat olehnya sedang berjalan.” (Thoha: 67)

wa min syarrin naffaatsati fil ‘uqod

“Dan dari kejahatan wanita-wanita tukang menghembus pada tali-temali.” (Surah al-Falaaq: 5)

‘…wa qoolazh-zhoolimuuna in tattabi’uuna illa rojulan mashuuro’

“Dan orang-orang zhalim berkata: “tidaklah kalian ikuti melainkan seorang laki-laki kena sihir.” (Surah al-Furqoon: 9)

Sesungguhnya Imam al-Bukhori menderetkan ayat-ayat ini dalam bab sihir dengan maksud untuk memberitahukan kepada kita bahwa langkah pertama yang harus ditempuh oleh kita untuk memahami masalah-masalah ini adalah membahas ayat-ayat al-Quran yang berhubungan dengan hakikat sihir, kemampuannya dan para pelakunya dalam menghadapi para nabi. Dari sini dapat diketahui bahwa orang-orang yang melakukan itu ingin membuat kerusakan di bumi dan menyebabkan fitnah. Jadi seandainya anda membaca riwayat-riwayat sihir ini dengan memperhatikan hal-hal ini secara cermat, maka hakikatnya akan terbuka bagi kalian dan perkaranya menjadi jelas.

Kemudian Imam al-Bukhori juga telah juga telah menceritakan riwayat ini dalam kitab bad’ul kholq (awal mula penciptaan) bab sifat iblis dan tentara-tentaranya. Hal itu mengisyaratkan bahwa sihir itu hanya ada dalam perbuatan-perbuatan iblis dan sekutu-sekutunya dan di bagian akhir beliau mengemukakan kalimat-kalimat ini: bab syirik dan sihir itu termasuk perbuatan kotor (kitab ath-Thibb atau kitab pengobatan).

Al-‘Alaamah al-‘Aini pensyarah (komentator) shahih al-Bukhori mengatakan: “Beliau menyebutkan masalah tenung dan sihir secara bersamaan karena keduanya itu berasal dari perbuatan setan. Dan seakan-akan keduanya itu berasal dari satu wadah.[5]” Setan dan para sekutunya tidak memiliki kekuatan untuk menghadapi para nabi Allah menurut nash al-Quran. Dengan demikian adalah hal mustahil bahwa beliau dikuasai oleh setan atau dipengaruhi oleh sihir. Orang Yahudi sendiri telah menyatakan bahwa mereka telah berusaha untuk menyihir beliau akan tetapi mereka gagal dalam hal itu. Bacalah dengan teliti kalimat-kalimat yang terdapat dalam riwayat itu dengan dasar yang dikemukakan dalam ath-Thobaqaat karya Ibnu Sa’ad.

Pertentangan

Untuk mencari cacatnya riwayat ini hendaklah dikemukakan kontradiksi yang telah disebutkan dalam cerita-cerita tentang sihir tersebut. Sesungguhnya rosulullah s.a.w. telah berangkat ke Madinah menuju Makkah al-Mukarromah pada bulan Dzulqo’dah tahun ke-6 Hijriah untuk melaksanakan Umroh yang didasarkan pada mimpi yang beliau lihat. Akan tetapi orang-orang Musyrik Makkah mencegat beliau dalam perjalanan dan mereka tidak memberi izin kepada beliau untuk memasukina maka beliau mengadakan perjanjian dengan orang-orang kafir itu dan beliau kembali dari Hudaibiyah menuju Madinah pada tahun berikutnya di bulan Dzulhijjah. Sedangkan diceritakan bahwa cerita sihir itu pada tahun 7 Hijriah. Sungguh dalam Ath-Thobaqoot al-Kubro karya Ibnu Sa’ad telah disebutkan demikian:

Ketika Rasulullah shollolloohu ‘alaihi wa sallam kembali dari Hudaibiyah pada bulan Dzulhijjah hamper masuk Muharrom, para pembesar Yahudi telah datang kepada Lubaid Ibnu Al-A’shom. Dia adalah seorang tukang sihir lalu mereka berkata kepadanya: ‘Wahai Abul A’sham! Engkau adalah penyihir terbaik dari kami. Sesungguhnya kami telah menyihir Muhammad. Beberapa orang laki-laki dan perempuan kami telah menyihirnya akan tetapi kami tidak bisa berbuat apa-apa… dan kami akan memberimu upah kalau engkau menyihirnya untuk kami dengan sihir yang membinasakannya’. Lalu mereka menyediakan kepadanya tiga dinar supaya dia menyihir Rasulullah s.a.w.[6]

Sesungguhnya pengaruh-pengaruh atau efek yang ditinggalkan oleh peristiwa Hudaibiyah pada beliau adalah: Beliau tidak bisa menunaikan umroh pada tahun itu karena beliau keluar untuk umroh itu berdasarkan ijtihad beliau sendiri. Perkara inilah yang sangat dominan sehingga kehendak Allah yang disampaikan melalui mimpi itu tidak terpenuhi. Seiring dengan hal itu, para sahabat adalah orang lain yang mengalami kesedihan yang hebat disebabkan syarat-syarat yang secara nyata sangat merugikan dan tidak memungkinkan untuk menunaikan umroh pada tahun itu. Meskipun adanya para sahabat untuk mendukung istruksi yang keluar dari Rasulullah shollolloohu ‘alaihi wa sallam dengan jiwa dan semangat mereka akan tetapi ketika beliau memerintahkan mereka untuk menyembelih hewan Qurban di Hudaibiyah itu, mereka tidak sanggup untuk memenuhi perintah beliau sebab hati dan pikiran mereka mengalami shock. Sehingga terpaksa Rasulullah shollolloohu ‘alaihi wa sallam yang menyembelih kurbannya dengan tujuan agar yang lainnya pun ikut menyembelih. Selain itu, beliau kuatir kalau-kalau orang-orang yang imannya lemah akan tergelincir karena ujian yang ditimbulkan oleh perjanjian Hudaibiyah tersebut. Jadi, beliau mengerahkan segenap pikiran beliau supaya mereka tidak tergelincir. Jelas, orang-orang kafir dan munafik mengambil manfaat dari kesempatan ini untuk berbuat keji dan kotor. Sampai-sampai ketika beberapa orang dari antara mereka mendengar ayat:

“Sesungguhnya Kami telah membuka kemenangan nyata untukmu.” (Surah al-Fath) Maka mereka segera mengatakan: “Mana kemenangannya?” itulah musuh yang menetapkan syarat-syarat yang merugikan itu!! Perkara-perkara besar inilah yang telah menimpa perasaan Rasulullah shollolloohu ‘alaihi wa sallam adalah hal yang alami, kalau ada beberapa tafsir yang jelas-jelas keluar sifat manusiawi beliau. Dan hal itu, tentu untuk memperlihatkan beberapa bentuk amalan yang telah disampaikan oleh ayat:

‘qul innamaa ana basyarum mitslukum…

“Katakanlah: sesungguhnya aku hanyalah seorang manusia seperti kalian…” (Surah al-Kahfi: 111)

Selain itu, sesungguhnya riwayat-riwayat itu menyatakan bahwa beliau mengalami sakit dan beliau menggunakan bekam sebagai obat. Akan tetapi beliau tetap sakit dan hasil dari bekam itu membuat beliau malah semakin lemah. Kemudian, beliau terus-terusan memikirkan hasil yang kurang menyenangkan dari perjanjian Hudaibiyah. Kemudian beliau terus membenamkan diri kedalam peperangan di jalan yang benar disamping menyelesaikan banyak masalah-masalah lainnya dlaam satu waktu untuk mewujudkan cita-cita yang luhur. Semua itu membuat belau lupa beberapa waktu. Dalam kehidupan manusia setiap orang yang memiliki urusan yang sangat banyak akan mudah mengalami kebingungan dan lupa secara wajar karena tertekan oleh banyaknya masalah yang sulit dan menguras perasaan demi satu cita-cita. Sungguh ini adalah hal alami yang sesuai dengan fitrat manusia dan rasio serta bukan hal yang aneh. Inilah yang sebenarnya terjadi pada Nabi shollolloohu ‘alaihi wa sallam akan tetapi orang-orang jahat itu memutarbalikkan fakta itu dengan menyatakan bahwa beliau terkena sihir.

Faktanya, dalam kisah ini terdapat dua sisi yang secara mutlak sudah tidak asing lagi. Di satu sisi Rasulullah shollolloohu ‘alaihi wa sallam sakit karena sebab-sebab alami dan di sisi lain orang Yahudi memanfaatkan kesempatan ini. Mereka telah mepergunakan sakitnya Rasulullah shollolloohu ‘alaihi wa sallam secara alami itu untuk mengatakan bahwa beliau terkena sihir. Musuh-musuh yang gagal itu senantiasa mempergunakan tipu-tipu daya yang kotor dan keji seperti ini.

Kemudian, kalimat-kalimat Rasulullah shollolloohu ‘alaihi wa sallam yang tercantum dalam riwayat-riwayat tersebut pun turut member kejelasan. Dimana beliau bersabda: “Demi Allah, Dia sungguh telah menyembuhkanku” yakni sesungguhnya Allah telah membebaskan aku dari sakit ini. Dari kalimat-kalimat ini jelas bahwa beliau s.a.w. menyebt keadaan beliau ini dengan marodhun (sakit) dan bukan terkena sihir atau santet.

Al-Imam Ibnu Hajar dalam syarahnya untuk hadits Bukhori (Fathul Baari) mengutip perkataan Al-‘Allaamah Ibnu Al-Qashar demikian: “Yang menimpa Rasulullah shollolloohu ‘alaihi wa sallam adalah salah satu jenis penyakit sebagaimana beliau bersabda pada bagian akhir hadits itu: “Sesungguhnya Dia telah menyembuhkanku.”[7] Seiring dengan hal itu Hadhrat Siti ‘Aisyah r.a. telah menyebutkan satu sabda Rasulullah s.a.w. beliau bersabda:

‘Innallooha anba-anii bi marodhii’ “Sesungguhnya Allah telah memisahkan aku dengan penyakitku.”[8] Hal ini menguatkan bahwa beliau sakit bukan terkena sihir.

Meneliti Riwayat

Apabila kita meneliti riwayat-riwayat ini dari segi-segi lain maka perkara itu akan semakin jelas dan benar-benar akan terbuka bahwa klaim dan riwayat tersebut sebenarnya rekayasa yahudi akan tetapi salah seorang perawi salah dalam menjelaskan kepalsuan itu. Ia tidak menyebutkan konteks yang sebenarnya mengenai riwayat ini karena keliru atau lupa. Atau, mungkin orang-orang yang menerima riwayat ini dari Siti Aisyah r.a. telah membuat kepalsuan ini padahal sebenarnya mereka mengetahui hakikat dari masalah ini. Dari segi ini, Siti Aisyah r.a. merasa tidak mperlu untuk menyebutkan nama orang yahudi yang jahat itu kepada mereka. Adapun perawi-perawi belakangan mereka tidak mengetahui kepalsuan cerita ini sehingga mereka meriwayatkannya tanpa memberikan penjelasan tentang kepalsuannya yakni riwayat-riwayat tersebut adalah tipu daya dan desas-desus yang berasal dari kubu Yahudi. Kesalahan-kesalahan seperti inilah yang kadang-kadang terselip dalam hadits-hadits.

Kami akan membuktikan hal itu dengan dua riwayat: Dikatakan kepada Aisyah r.a. bahwa Abu Hurairah r.a. berkata Rasulullah shollolloohu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Kesialan itu ada pada tiga hal: pada rumah, pada wanita, dan pada kuda.” Maka Siti Aisyah r.a. berkata: ‘Abu Hurairah tidak tahu bahwa dia telah gila. Rasulullah shollolloohu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Allah memerangi orang-orang Yahudi yang mengatakan: ‘Sesungguhnya kesialan itu ada pada tiga hal: ‘pada rumah, pada wanita dan pada kuda.’ Ia telah mendengar akhir sabda Nabi s.a.w. tetapi ia tidak mendengar awalnya.”[9]

Riwayat-riwayat ini adalah asli perkataan orang Yahudi dan tercantum dalam ‘Abu Daud’ yang dinisbatkan kepada Rasulullah shollolloohu ‘alaihi wa sallam seakan-akan beliau yang mengatakannya padahal beliau tidak mengatakannya. Sesungguhnya itu adalah perkataan orang Yahudi.

Kedua, “Diceritakan kepada Aisyah r.a. tentang perkataan Ibnu Umar: ‘Sesungguhnya orang yang mati itu pasti diazab karena ditangisi oleh orang yang hidup.’ Maka Aisyah berkata: ‘Semoga Allah mengampuni Abu Abdur-Rohman!! Meskipun dia tidak berdusta akan tetapi ia telah lupa atau membuat kesalahan. Sesungguhnya Rasulullah shollolloohu ‘alaihi wa sallam hanya lewat di sekitar (rumah) perempuan Yahudi yang ditangisi keluarganya. Kemudian beliau bersabda: ‘Mereka menangisinya padahal sesungguhnya ia sedang diazab di dalam kuburnya.’” [10]

Ini adalah riwayat lain yang tercantum dalam Shahih Muslim Kitab al-Janaaiz tanpa menyebutkan konteksnya.

Sebelumnya telah dijelaskan bahwa cerita sihir itu berasal dari cerita bohong orang-orang yahudi dan para perawi awal mengetahui hal itu. Oleh karena itu, mereka merasa tidak perlu untuk menyampaikan maslah ini secara detail sebab, cerita bohong itu telah diketahui oleh masyarakat lalu mereka meriwayatkannya tanpa penjelasan. Atau , salah seorang perawi belakangan lupa untuk menceritkan di dalam riwayatnya bahwa orang-orang Yahudi telah mengklaim bahwa mereka telah menyihir Rasulullah shollolloohu ‘alaihi wa sallam padahal tidak (berhasil-ed.).

Mungkin ada yang bertanya: hadis ini kan tercantum dalam Shahihain (2 kitab hadis shahih/otentik, Bukhori-Muslim) seperti yang diceritakan oleh Hadits yang lain dan para perawinya tsiqoot (orang-orang yang sangat dipercaya) apakah hal ini tidak menunjukkan bahwa kejadian ini benar-benar terjadi?

Pertanyaan ini dapat dijawab demikian: pertama, Hadhrat Maulana Hakim Nuruddin r.a. Khalifatul Masih al-Awwal dalam tafsir beliau tentang Surah al-Falaq dan sanad dari riwayat-riwayat ini menyatakan:

‘Sesungguhnya beberapa ahli tafsir telah menyatakan bahwa asbabun nuzul (sebab-sebab turunnya) ayat ini adalah karena ada orang Yahudi yang menyihir Rasulullah shollolloohu ‘alaihi wa sallam. Oleh karena itu, Allah mengajarkan doa ini (surah al-Falaq) untk membentengi diri dari kejahatan tukang-tukang sihir itu. Seandainya kita meneliti kejadian ini dalam hadits-hadits pasti kita akan menemukan bahwa ‘Hisyam’ lah yang merawikan hadits ini. Ia sendiri yang meriwayatkan hadits ini. Padahal seharusnya kejadian besar seperti ini diceritakan oleh orang lain juga.[11]

Kedua, kami sering menyebut bahwa sebenarnya cerita ini adalah rekayasa Yahudi akan tetapi salah seorang perawi lupa menyebutkan semua kepalsuan ini sehingga para perawi belakangan pun merawikannya tanpa menyebutkan kepalsuan tersebut. Atau Siti Aisyah r.a. dalam riwayat tidak menyebutkan bahwa orang-orang Yahudi telah menyebarkan tipu muslihat ini karena masyarakat sudah mengetahui kepalsuan ini sehingga para perawi belakangan pun meriwayatkannya demikian karena mereka tidak mengetahui siasat dan tipu daya orang-orang Yahudi.

Ketiga, dalam bahasa Arab kadang-kadang ism ‘amal digunakan untuk menyatakan usaha seputar hal yang dimaksud. Dalam Al-Quran terdapat banyak contoh mengenai hal itu. Diantaranya Al-Quran menyebut usaha-usaha para musuh untuk membunuh para nabi mereka sebagai ‘al-qotl’ (pembunuhan) padahal mereka tidak mampu membunuh nabi. Usaha-usaha mereka untuk membunuh para nabi itu telah disifatkan oleh Al-Quran sebagai membunuh (al-qotl).

Tidak diragukan bahwa orang-orang Yahudi telah mengerahkan segenap sihir mereka akan tetapi mereka tidak mampu menyihir Nabi shollolloohu ‘alaihi wa sallam hal itu seperti orang-orang yahudi berusaha membunuh nabi-nabi akan tetapi mereka gagal dan tidak berhasil membunuh para nabi itu sebagaimana telah ditemukan dalam riwayat Ibnu Sa’ad dalam Thobaqootnya yang telah kami utarakan sebelumnya yakni orang Yahudi berkata: “Wahai Abu al-A’sham, engkau penyihir terbaik dari kami, kami telah menyihir Muhammad. Beberapa laki-laki dan perempuan kami telah menyihirnya akan tetapi kami tidak bisa berbuat apa-apa.” Ini keterangan yang jelas bahwa mereka telah berusaha menyihir Nabi s.a.w. akan tetapi mereka tidak berhasil. Allah Ta’ala melindungi beliau dari kejahatan-kejahatan mereka dan telah menggagalkan segenap usaha mereka segagal-gagalnya. Firman-Nya:

‘…wa laa yuflihus saahiru haitsu ataa’

“…seorang penyihir tidak akan sukses dimana saja ia berada.” (Thoha: 80)

Sampai disini mungkin ada yang bertanya: bagaimana ijma’ para mufassirin bahwa kejadian ini merupakan penyebab turunnya al-mu’awwidzatain (Surah al-Falaq dan Surah An-Naas)??

Jawab: ini murni pendapat para mufassirin sendiri dimana mereka memandangnya sebagai sebab turunnya dua surah itu. Akan tetapi Rasulullah shollolloohu ‘alaihi wa sallam tidak pernah menyatakan bahwa kedua surah itu diajarkan untuk berlindung dari sihir.

Sebenarnya kedua surah itu berisi tentang kemajuan besar untuk Islam dan Islam menjadi agama seluruh alam. Hal ini sejalan dengan isi kedua surah itu yang mengandung pelajaran mendasar yakni amalan yang akan menjamin kesinambungan kemajuan tersebut dan melindunginya dari hasad dan tipu daya serta propaganda para musuh. Jadi, menghubungkan kedua ayat itu dengan kisah sihir ini sungguh menentang kebesaran Al-Quran. Kemudian, sesungguhnya penempatan kedua surah itu di bagian akhir Al-Qur’an – selain ia harus menjaga keberkatan dan keafdholannya – mengandung isyarat bahwa bangsa-bangsa ini akan menjadi sekutu dajjal di akhir zaman yang akan membuat propaganda untuk menentang Islam dengan tipu muslihat dahsyat yang dimilikinya. Dan satu-satunya senjata yang diberikan Al-Qur’an kepada kita yaitu doa yang telah dinasehatkan Rasulullah shollolloohu ‘alaihi wa sallam kepada kita yuntuk dipakai melawan tipu daya dajjal dan sekutunya. Inilah dua surah yang didalamnya mengandung obat ini.

Kebenaran Nabi shollolloohu ‘alaihi wa sallam

Adalah hal yang alami kalau Nabi tidak mengetahui propaganda dan desas-desus Yahudi. Akan tetapi Tuhannya Maha Mengetahui Maha Mewaspadai mengetahui dengan benar sehingga Dia memberitahukan kepada beliau s.a.w. tentang seluk-beluknya. Sesungguhnya pemberitahuan Allah tentang seluk-beluk dajjal ini kepada beliau merupakan dalil yang qoth’i bahwa beliau adalah Rasul yang benar-benar berasal dari Allah Ta’ala. Hadhrat Mushlih Mau’ud, Mirza Basyiruddin Mahmud Ahmad r.a. mengatakan:

‘Sesungguhnya riwayat yang berasal dari Siti Aisyah ini hanya berarti bahwa Allah Ta’ala telah memberitahukan kepada Nabi melalui malaikat bahwa orang-orang Yahudi mengklaim telah menyihir beliau dan sama sekali tidak berarti bahwa sihir telah mempengaruhi Nabi ketika nabi mengubur perkakas-perkakas sihir dan santet ini setelah dikeluarkan dari sumur, orang-orang Yahudi menyatakan bahwa orang-orang yang melakukan sihir telah gagal.

Sesungguhnya riwayat ini telah membuka kedok dendam orang-orang Yahudi yang disembunyikan di hadapan Nabi. Dengan demikian jelaslah bahwa Nabi adalah Rasul Allah. Hal disebabkan Allah Ta’ala telah memberitahu beliau tentang semua hal yang akan dilakukan oleh orang Yahudi untuk menentang beliau. Sesungguhnya pengetahuan beliau tentang hal-hal ghaib dan gagalnya orang Yahudi untuk mencapai cita-cita mereka adalah dua dalil kuat yang menjelaskan bahw beliau adalah seorang Rasul yang benar.’[12]

Penjelasan Imam Mahdi ‘alaihissalam

Sesungguhnya Hakim Adil yang dibangkitkan di zaman akhir ini telah mengemukakan satu keputusan yang jelas tentang perkara sihir ini. Suatu kali Hadhrat Imam Mahdi ‘alaihissalam ditanya: “Diceritakan bahwa orang-orang kafir telah menyihir Nabi shollolloohu ‘alaihi wa sallam apa pendapat tuan mengenai hal ini?” beliau menjawab: “Sesungguhnya sihir termasuk perbuatan setan. Kemuliaan para rasul dan nabi lebih tinggi dari orang yang memuliakan sihir. Bahkan sesungguhnya sihir itu dipakai untuk melenyapkan kehormatan mereka secara nyata dimanapun mereka berada. Sebagaimana Allah berfirman: “Penyihir tidak akan berhasil dimanapun ia berada.”

Lihatlah para tukang sihir yang dihadapi Musa ‘alaihissalam! Bukankah akhirnya dimenangkan oleh Musa ‘alaihissalam? Dan merupakan kesalahan fatal mengatakan ahwa tukang-tukang sihir telah mempengaruhi Nabi s.a.w. Kami tidak akan pernah terima ini untuk selama-lamanya sebagaimana kami tidak menerima semua cerita yang terdapat dalam Bukhari dan Muslim secara membuta karena ini adalah masalah yang bertentangan dengan jalan kami. Selain itu, akal yang merupakan metode lain tidak bisa menerima bahwa para tukang sihir telah mempengaruhi sosok seperti Nabi Agung yang penuh dengan kemuliaan ini shollolloohu ‘alaihi wa sallam.

Adapun perkataan bahwa akal Rasulullah shollolloohu ‘alaihi wa sallam – na’udzu billaah – mengalami kelemahan dibwah pengaruh sihir dan terjadinya ini-itu semuanya tidak bisa dibenarkan bagaimanapun caranya. Jelas, orang kotor telah merekayasa perkataan-perkataan itu. Sesungguhnya kami memandang hadis-hadis dengan penuh penghormatan. Akan tetapi bagaimana mungkin kami mengambil manfaat dari hadits yang menentang kemuliaan Al-Qur’an dan mencela kemuliaan Nabi shollolloohu ‘alaihi wa sallam. Perkataan sesungguhnya tukang sihir telah mempengaruhi Nabi shollolloohu ‘alaihi wa sallamna’udzu billaah – adalah perkataan yang menyia-nyiakan iman seseorang. Allah berfirman:

‘…idz yaquuluzh-zhoolimuuna in tattabi’uuna illa rojulam mashuuro’

“Ingatlah ketika orang-orang zhalim berkata: “tidaklah kalian ikuti melainkan seorang laki-laki kena sihir.” (Surah al-Isro: 48)

Jadi, orang-orang yang menyampaikan perkataan-perkataan seperti ini adalah orang-orang zalim dan melampaui batas terhadap kemuliaan Nabi shollolloohu ‘alaihi wa sallam. Sungguh mereka tidak berpikir seandainya keadaan Nabi shollolloohu ‘alaihi wa sallam saja seperti ini maka apa yang akan terjadi pada umat beliau? Sesungguhnya umat beliau akan tenggelam lagi tidak berdaya. Saya tidak tahu apa sebenarnya yang membolehkan orang-orang ini mengatakan kalimat-kalimat ini terhadap Nabi Ma’shuum yang digelari oleh para nabi ‘alaihimushsholaatu wassalaam sebagai ‘Insan yang terbebas dari sentuhan setan’.[13]

Nah, hakikat masalah tersebut telah terbuka. Keterangan jelas telah dibukakan pada zaman kita ini ketika seorang penentang datang dengan perbuatan yang sama yakni menentang Hadharat Ahmad ‘alaihissalam. Diceritakan, ada seorang Hindu fanatik yang berasal dari penduduk Gujarat. Satu kali ia datang ke Qadian. Ia adalah seorang yang sangat sakti dan mahir dalam menyihir. Ia ingin melepaskan sihirnya kepada Hadhrat Imam Mahdi ‘alaihissalam supaya beliau memperlihatkan beberapa perbuatan yang aneh-eneh lalau ia membuat beliau sebgai bahan tertawaan di tengah orang-orang dan supaya orang-orang memperolok-olok beliau. Ia (si penyihir) masuk ke Masjid Mubarak di Qadian. Saat itu Hadhrat Ahmad sedang menyampaikan khutbah kepada para pengikut beliau. Tukang sihir yang mahir itu memfokuskan sihirnya kepada beliau. Akan tetapi tak lama kemudian ia berlari sambil berteriak. Samapai-sampai ia tidak bisa untuk mengambil sepatunya. Ketika seorang Hindu dari Qadian yang menyuruhnya untuk melakukan pekerjaan kotor itu bertanya kepadanya: “Apa yang terjadi padamu?” Ia berkata: “Ketika saya telah fokus kepada Tuan Mirza, saya melihat seekor singa ganas seakan-akan ia maju menyerang saya maka saya melarikandiri dari masjid sambil berteriak karena takut singa itu.”[14]

Kalau Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad ‘alaihissalam sebagai khodim/pelayan Rasulullah shollolloohu ‘alaihi wa sallam saja keadaannya sudah demikian, maka bagaimana mungkin kami menerima bahwa majikan beliau dan pemimpin kami Hadhrat Muhammad shollolloohu ‘alaihi wa sallam bisa termakan oleh sihir si Yahudi yang jahat itu. Berdasarkan keterangan dan bukti-bukti nyata tersebut kita dapat menyimpulkan atau memutuskan secara yakin dan tanpa ragu-ragu bahwa cerita tentang terjadinya pengaruh sihir terhadap wujud pemimpin kami Muhammad adalah mengada-ada dan tidak berdasar.

Alloohumma sholli ‘alaa muhammadin wa ‘alaa aali muhammadin wa baarik wa sallim. Innaka hamiidum majiid.


[1] Ath-Thobaqoot al-Kubro oleh Ibnu Sa’ad jilid II hl. 196 – 199, terbitan Daarun Shaadir, Beirut, 1957 dan Shahihul Bukhori, Kitab ath-Thibb, bab sihr, nomor hadits 5763

[2] Za’dul Ma’ad, Syarah ‘Allaamah Az-Zurqoni atas ‘Al-Mawaahibul Laduniyah’ oleh Al-Qastholani dan bagian pinggirnya Za’dul Ma’aad oleh Ibnu al-Qoyyim Juz V hal 386, Daarul Ma’rifah, Beirut, 1993

[3] Syarah Imam Muhammad ibnu Abdul Baaqi Az-Zurqoni terhadap Al-Mawaahibul Laduniyyah Juz VII hal. 104, terbitan Al-Azhaariyyah AL-Mishriyyah, cetakan pertama, 1327 Hijriah.

[4] Shahih Muslim

[5] ‘Umdatul Qoori, syarah Shahih al-Bukhori oleh ‘Allaamah Badruddin al-Aini kitab Ath-Thobb bab sihir, Daarul Fikri, Beirut

[6] Ath-Thobaqoot al-Kubro karya Ibnu Sa’ad Juz Ii hal 197 Daarush-Shaadir, Beirut, 1957 M.

[7] Fathul Baari, syarah atau komentar Shahih al-Bukhori oleh ‘Allaamah Ibnu Hajar al-‘Asqolaani jilid X hal. 177, Daaru Nasyril Kutub al-Islamiyah Lahore, Pakistan, 1981

[8] ‘Umdatul Qoori, syarah Shahih al-Bukhori oleh ‘Allaamah Badruddin al-Aini kitab Ath-Thobb bab sihir jilid XXI hal. 126, Muassasah ar-Risalah, Beirut, 1979

[9] Kanzul ‘Ummal oleh ‘Alaa-uddin Al-Hindi juz X halaman 126, Muassasah ar-Risalah, Beirut, 1979 M

[10] Shahih Muslim, kitab al-Janaaiz, Bab al-Mayyit yu’adzdzabu bi bakaa-i ahlihi ‘alaihi, nomor hadits 2153

[11] Haqooiqul Furqoon oleh Maulana Nuruddin r.a. jilid IV hal. 571, Tafsir Surah al-Falaaq.

[12] At-tafsir al-Kabiir oleh Mirza Basyiruddin Mahmud Ahmad Juz X, halaman 541-542 tafsir surah al-‘Alaq.

[13] Tafsiir al-Qur’an al-Kariim oleh Hadhrat Ahmad ‘alaihissalam surah Thohaa tentang ayat ‘Laa yuflihussaahiru haitsu ataa’

[14] Siiratul Mahdi oleh Hadhrat Mirza Bashir Ahmad rodhiyalloohu ‘anhu jilid I nomor riwayat 75

14 Tanggapan to "Benarkah Rasulullah s.a.w. Pernah Terkena Sihir atau Tenung alias Santet?"

Asalamualaikum wr wb

Yaa Akhiy, Rasulullah SAW itu ma’sum jadi nggak pernah berijtihad karena didalam Al-Quran di QS An-Najm bahwa semua perkataan Rasulullah SAW itu dari wahyu dan mengenai kena sihir ana setuju dengan antum secara general tapi mungkin kena sihirnya itu sendiri bisa terjadi hanya saja karena kemaksuman Rasulullah SAW dan perlindungan ALLAH SWT lah Beliau SAW tidak terkena dampak yang berkepanjangan, karena Hadist itu diriwayatkan oleh Imam Muslim hadis no 4059, jadi tidak mungkin juga Imam Muslim berbohong…
Wallahualam
Bram

Wa ‘alaikumussalam wr.wb.
Jazakumullah atas tanggapannya.
Saya tetap berpendapat bahwa sihir sedikitpun tidak mengenai beliau s.a.w. alasannya Al-Quran dan Shahih al-Bukhori mengatakan demikian. Penjelasan Hadits harus diletakkan di bawah A-Quran.
Mohon anda baca ulang2 artikel diatas.
Banyak alim ulama Islam yg jauh dibawah beliau s.a.w. terjaga dari sihir. Masak nabinya bisa kena santet?

Ass wr wb. Salam kenal sekalian numpang promosi http://www.muhammadinsan.wordpress.com

Ass.wr.wb.
Apa yang antum sampaikan adalah memang benar adanya, karena Al-Qur’an & Sunnah merupakan sumber hukum Islam yang utama. Selain itu pendapat mengenai Nabi terkena sihir, juga membuka peluang bagi orang-orang yang tidak suka dengan Islam untuk melemahkan eksistensi wahyu Allah, apa benar atau tidak. Jadi itu cukup baik untuk memberikan penjelasan pada umat tentang kejadian yang sebenarnya.

wow kereen

Subhanallah… Tadinya sy jg g pcya, ms nabi muhamad bs kena santet..org yg pling dkt dgn ALLAH..bgaimn dgn Umatx… Tnyata g smua hdis tu bnr y, bkin bingung j.. Makin tinggi pohon, makin byk cobaanx.. Smga sy lulus dlm ujian ini.. Trm ksh.

saya kira tidak masalah Rosulullooh pernah terkena sihir, hal itu tidak mengurangi derajat beliau di sisi Alloh SWT. nabi pernah terkena sihir tapi tidak sampai lama dan Alloh segera melindungi beliau, oleh karena itu beliau disuruh berlindung kpd Allah dari syetan sebagaimana yang tercantum dalalm surat alfalaq dan surat annas

Senin, 05 Januari 2009
Benarkah Nabi Bermuka Masam dan Tersihir?
Oleh: Achmad Zaenal Fikri ibn Ahmad Ismail

بسم الله الرحمن الرحيم

Kemajuan umat Islam, bagaimana mereka memahami teks suci yang otentik. Berbagai tafsiran ulama dari yang membela nabi, ada yang diam tak menyikapi, bahkan diantara mereka ada yang mendiskreditkan Nabi saww. tanpa disadari.

Dari penelitian para ulama, disimpulkan bahwa keterangan-keterangan tentang sebab-sebab turunnya ayat al-Qur’an yang sampai dari para sahabat maupun tabi’in, tidak terlepas dari ijtihad dan pendapat pribadi mereka. Hal ini terlihat adanya ketidakpastian yang mencerminkan adanya ra’yu (pandangan) pribadi. Tidak jarang mereka mengatakan dengan tiada kepastian: “saya mengira bahwa ayat itu turun dalam kejadian itu”.[1]

Bahkan tidak jarang adanya usaha pemalsuan untuk tujuan-tujuan tertentu – yang tanpa disadari – menjatuhkan nama baik atau mendiskreditkan kenabian nabi suci Muhammad saw.

Riwayat-riwayat yang meniupkan racun, merusak kemaksuman pribadi nabi Muhammad saww. anehnya, mengapa harus marah, ketika datang fitnahan dari musuh Islam, bahwa al-Qur’an adalah ayat-ayat setan, yang keluar dari mulut kotor Salman Rusydi. Bukankah umat Islam sendiri yang membuka peluang bahwa – pendapat kalangan umum – ketika wahyu al-Qur’an turun, timbul rasa takut di jiwa sang rasul. Tidak! Sungguh tidak! bahkan nabi saw. bergembira ketika turun wahyu. Sebagaimana firman Allah:
وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْآنِ مَاهُوَشِفَآءٌ وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِيْن (الإسراء: 82)

Jadi, kalau bagi orang-orang yang beriman saja al-Qur’an sebagai penawar dan rahmat, apalagi bagi sang kekasih Ilahi, Nabi Muhammad saww.

Mestinya umat Islam bergembira, jika ada sebesar lubang jarum pintu yang terbuka untuk mensucikan perangai nabi dari sesuatu yang tidak layak. Tapi aneh, malah kita marah-marah.

Pasal Pertama

Firman Allah dalam Surat Abasa ayat 1 – 10:
“Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling. Karena telah datang seorang buta kepadanya. Tahukah kamu, barangkali ia akan membersihkan dirinya (dari dosa). Atau dia ingin mendapatkan pengajaran, lalu pengajaran itu member manfaat kepadanya? Adapun orang yang merasa dirinya telah cukup maka kamu melayaninya, padahal tidak ada (celaan) atasmu kalau dia tidak membersihkan diri (beriman). Dan adapun orang yang datang kepadamu dengan bersegera (untuk mendapatkan pengajaran), sedang ia takut kepada Allah, maka kamu mengabaikannya.[2]

Dalam kitab Sunan Turmudzi disebutkan bahwa pelaku dalam ayat tersebut adalah nabi saw. Al-hakim meriwayatkan hadits serupa dengan sanad yang sama. Bunyi hadits tersebut adalah;
Diriwayatkan dari Sa’id ibn Yahya ibn Sa’id al-Umawi, dari ayahku dari Hisyam ibn Urwah, dari ayahnya (Urwah ibn Zubair), dari Aisyah ra. berkata: Ibnu Ummi Maktum mendatangi Rasulullah saw. seraya berkata: berilah aku petunjuk! Saat itu Rasulullah saw. Sedang bersama pembesar musyrikin, lalu Rasulullah saw. berpaling darinya (ibn Ummi Maktum). Kemudian Ibnu Ummi Maktum bertanya: Apakah saya melakukan kesalahan dalam ucapan saya tadi? Rasulullah saw. menjawab: Tidak!. Di saat itu turunlah Surat Abasa.[3]

Telaah atas Riwayat Tersebut

1. Bukhari dan Muslim tidak meriwayatkan, jadi hadits tersebut bukan Muttafaq ‘alaih.
2. Hadits tersebut dianggap mursal oleh jama’ah (sekelompok ulama).[4]
3. Sebab turunnya ayat tersebut terjadi kesimpang siuran, yakni;
a) Delegasi Bani Asad datang menemui Rasul saww. dan tidak ada hubungannya dengan Ibnu Ummi Maktum.
b) Sebab turunnya, al-A’la ibn Yazid al-Hadhrami ditanya oleh Rasulullah saw, “Apakah ia dapat membaca al-Qur’an?” Kemudian dia menjawab: “Ya, dan membaca Surah Abasa”.
c) Sebab turunnya karena datangnya Abdullah ibn Ummi Maktum kepada Rasulullah saww.[5]
4. Abu Isa mengomentari bahwa hadits ini adalah Hasan Gharib (langka).
5. Dalam hadits-hadits tersebut tedapat para perawi sebagai berikut;
a) Urwah ibn Zubair (ayah Hisyam)
b) Hisyam ibn Urwah
c) Ummul Mukminin Aisyah ra.
Tentang Para Perawi di atas
a. Urwah ibn Zubair
Ibn Hajar al-Asqalani menilainya, dia berpredikat “nashibi” (pembenci keluarga Nabi saw), dengan demikian riwayatnya lemah dan tidak dapat dipercaya.[6]

b. Hisyam ibn Urwah
Dia termasuk orang yang Mudallis (menyandarkan riwayat bukan pada orang yang sebenarnya) dengan demikian riwayatnya tidak bisa dipercaya.[7] Bahkan dia seorang pembohong.[8]

c. Aisyah ra.
Kalau kita lihat kembali ayat tersebut turun di Mekkah, sedangkan Aisyah ra. masih kecil. Sehingga kita ragu dari mana beliau mendengar hadits tersebut.
Setelah kita ketahui tentang mereka, ada beberapa pertanyaan yang harus kita jawab;
1. Sampai hatikah kaum muslimin berpegang dengan hadits yang perawi dan sanadnya seperti di atas. Atas resiko keluhuran budi nabi Muhammad saww?
2. Apa jawaban kita, jika ada orang akan meniru perbuatan (sunnah) nabi saw. seperti di atas berdasarkan ayat-ayat al-Qur’an di bawah ini?
قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّوْنَ اللهَ فَـاتَّبِعُوْنِى يُحْبِبْكُمُ اللهُ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ (آل عمران: 31)
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِى رَسُوْلِ اللهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ …… (الأحزاب: 21)
3. Seorang mukmin yang datang bersusah payah ingin belajar tentang Islam dihadapi dengan wajah yang masam oleh nabi saww. sedang orang-orang kafir yang enggan belajar dihadapi dengan wajah sepenuhnya. Justru dalam figure sang nabi Muhammad saww. sebagai suri teladan umat.

Pasal Kedua

Pada pasal kedua ini, lewat jalur hadits tentang kisah nabi saww. disihir oleh seorang penyihir ulung yang bernama Labid ibn al-A’sham. Akan tetapi dengan hadits tersebut – menurut sebagian ulama – menjadi sebab turunnya surah Al-Falaq dan surah An-Nas.

Berbagai perawi yang meriwayatkan tentang hal ini; dari Bukhari, Muslim,[9] Nasa’i,[10] Ahmad, al-Baihaqi,[11] al-Baghawi,[12] al-Wahidy,[13] Tsa’labi,[14] ibnu Mardawaih.[15] Matan sedikit terdapat perbedaan, akan tetapi maknanya sama. Oleh karena itu, saya tulis riwayat dari Bukhari saja.

Ibrahim ibn Musa mengambil riwayat dari Isa ibn Yunus dari Hisyam, dari ayahnya dari Aisyah bahwa: Rasulullah saw. disihir oleh seseorang dari Bani Zuraiq, bernama Labid ibn al-A’sham, sehingga beliau diilusikan melakukan sesuatu yang tidak dilakukannya. Pada suatu hari atau suatu malam, ketika beliau di sisi-ku, beliau berdo’a dan berdo’a terus, lalu bertanya: Hai Aisyah! Tahukah kau bahwa Allah telah memperkenankan do’aku? Telah datang dua orang, yang satu di samping kepalaku dan yang satu di sebelah kakiku. Apa sakitnya orang ini? Tanya salah seorang. Terkena sihir. Jawab lainnya. Siapa yang menyihirnya? Tanyanya lagi. Labid ibn al-A’sham. Sahut temannya. Dengan apa? Tanyanya lagi. Dengan sihir, rontokan rambut, dan mayang pohon kurma jantan. Di mana ia? Tanyanya lagi. Di sumur Dzarwan. Sahut temannya. Lalu Rasulullah saw. mendatangi tempat tersebut bersama beberapa sahabat beliau. Setelah kembali, beliau berkata (kepada Aisyah): Hai Aisyah, seakan-akan air sumur itu seperti tercampur pacar (kemerah-merahan), dan ujung dahan pohon kurma seperti kepala-kepala setan. Aku (Aisyah) bertanya: Mengapa tidak anda keluarkan? Beliau menjawab: Allah telah menyembuhkan saya, dan saya tidak ingin menimbulkan kejahatan. Lalu beliau memerintahkan agar sumur itu ditutup.[16]

Kalau kita paparkan semua hadits dari kitab-kitab yang lain, yang menjadi sandaran para mufassirin dan ahli hadits yang mengakui kebenaran kisah tersihirnya nabi saww. bahwa hadits tersebut bermuara pada dua sahabat, seperti; Ibn Abbas dan Zaid ibn Arqam, bahkan Aisyah – istri nabi saw. – terlibat juga dalam periwayatan hadits tersebut.

Komentar Sebagian Ulama tentang Perawi dari Masing-Masing Jalur

Riwayat Zaid ibn Arqam

An-Nasa’i dan al-Baghawi mengambil jalur dari Zaid ibn Arqam, terdapat perawi bernama Saibah ibn Abdurrahman. As-Sari berkomentar: ia jujur, namun mempunyai banyak riwayat hadits mungkar (hadits yang menyalahi riwayat orang yang lebih tsiqah).[17]

Riwayat Ibnu Abbas

Dikutip dari jalur Ikrimah dan jalur al-Kalbi dari Abu Shaleh. Jalur ibnu Abbas yang paling lemah adalah al-Kalbi dari Abu Shaleh.[18]

Riwayat Aisyah ra

Dari jalur Hisyam ibn Urwah dari Urwah ibn Zubair – keponakan Aisyah. Ibnu Abi al-Hadid, sejarawan bermazhab Mu’tazilah mengatakan bahwa; Urwah tidak mampu menyembunyikan kedengkian dan kebencian kepada Imam Ali ibn Abi Thalib kr. Sehingga ia berani dengan terang-terangan mencaci Imam Ali di masjid dan di khalayak ramai.

Jabir ibn Abdul Hamid meriwayatkan dari Muhammad ibn Syaibah, ia berkata: aku menyaksikan az-Zuhri dan Urwah di masjid kota Madinah, keduanya sedang duduk membicarakan Ali kr. Lalu keduanya mencela dan mencaci beliau. Kemudian berita ini sampai kepada Imam Ali ibn Husein ibn Ali ibn Abi Thalib. Maka datanglah Ali Zainal Abidin ibn Husein menemui keduanya dan berkata: Hai Urwah, ketahuilah bahwa ayahku (Ali ibn Abi Thalib) akan membawa ayahmu kepengadilan Allah, dan Allah pun akan memenangkan ayahku dan menghukum ayahmu kelak. Adapun kau hai Zuhri, seandainya kau berada di kota Mekkah, pasti akan aku perlihatkan rumah ayahmu.[19]

Anggapan yang Tidak Ada Dasarnya

Mungkin sebagian muslimin yang sudah terlanjur mempercayai hadits tersebut, merasa keberatan, kalau kisah tersebut didha’ifkan dan harus ditolak, sebab Bukhari dan Muslim meriwayatkan, karena para ulama telah menganggap kedua kitab tersebut shahih dan seluruh isinya adalah hadits-hadits yang harus diterima oleh setiap muslim.

Namun anggapan diatas sama sekali tidak dilandasi dengan dasar dan hanya didasari oleh faktor-faktor politis yang tidak sehat, karena beberapa alasan:
Pertama:
Tidak sedikit perawi-perawi Bukhari dan Muslim yang cacat dan diragukan kemurnian agamanya; seperti kaum Khawarij, nawashib, penganut aliran Murjiah, Qadariyah, dll.
Kedua:
Tidak sedikit pula dari ulama besar Sunni yang menolak anggapan bahwa seluruh hadits Bukhari dan Muslim adalah shahih dan menganggapnya sebagai sebuah fanatisme buta yang dipaksakan.
Ketiga;
Dan yang terakhir, tidak banyak di dalam kedua kitab hadits tersebut yang bertentangan dengan wahyu al-Qur’an, seperti tema ini;
1. Sang nabi yang bermuka masam dihadapan seorang yang buta adalah perbuatan yang sia-sia dan mubazir. Karena tidak bermanfaat tersenyum dan berpaling dari seorang yang buta. Surat Abasa turun tahun ke 5 kenabian, sedangkan ayat 4 dari surat al-Qalam;
وَإِنَّكَ لَعَلَى خُلُقٍ عَظِيْم
itu turun lebih awal, yakni tahun ke 3 kenabian. Jadi, suatu yang tidak masuk di akal jika Allah menegur setelah memujinya dengan kalimat “’azhim”. Pujian yang datangnya dari manusia, boleh jadi jatuhnya relative, akan tetapi jika yang memujinya dari sang Maha Terpuji, tentu tidak ada luang untuk orang lain ingin menjatuhkannya.

وَرَفَعْنَالَكَ ذِكْرَكَ (الإنشراح: 4)
Bentuk teguran yang menggunakan fi’il madhi tersebut, menjadi – penulis – makin tidak percaya, lain halnya jika Allah menegur dengan ‘abasta wa tawallaita”.

2. Tidak diasingkan lagi bahwa jiwa suci nabi Muhammad saww. yang mendapat penjagaan dari Allah adalah jiwa terkuat dan paling teguh, sehingga tidak sesuatu apapun yang dapat menimbulkan pengaruh-pengaruh buruk atas dirinya. Al-Qur’an sendiri telah menceritakan pengakuan iblis atas ketidakberdayaannya untuk menggoda jiwa-jiwa hamba Allah yang terpilih “Mukhlasin” dalam berbagai bentuk. Ayat itu berbunyi;

قَالَ رَبِّ بِمَاأَغْوَيْتَنِى لَأُزَيِّنَنَّ لَهُمْ فِى الأَرْضِ وَلَأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِيْن () إِلاَّ عِبَادَكَ مِنْهُمُ الْمُخْلَصِيْن (الحجر: 39-40)
Iblis berkata: ya Tuhanku, karena Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuata maksiat) di muka bumi, dan pasti akan aku sesatkan mereka semuanya. () Kecuali hamba-hamba-Mu yang Engkau ikhlaskan.

Sebagai penutup, kami cantumkan firman Allah swt dalam surah al-Isra ayat 47:
نَحْنُ أَعْلَمُ بِمَا يَسْتَمِعُوْنَ بِهِ إِذْ يَسْتَمِعُوْنَ إِلَيْكَ وَإِذْهُمْ نَجْوَى إِذْ يَقُوْلُ الظَّالِمُوْنَ إِنْ تَتَّبِعُوْنَ إِلاَّ رَجُلاً مَسْحُوْرًا
“Kami lebih mengetahui dalam keadaan bagaimana mereka mendengarkan sewaktu mereka mendengarkan kamu, dan sewaktu mereka berbisik-bisik, (yaitu) ketika orang-orang zhalim berkata: kamu tidak lain hanyalah mengikuti seorang laki-laki yang terkena sihir”.
[20]

[1] Al-Itqan juz 1 hal. 41
[2] Terjemahan Al-Qur’an Departemen Agama RI.
[3] Sunan Turmudzi juz 5 hal. 432 Kitab Tafsir Bab 73 No. Hadits 3331 cet. Syirkah Maktabah wa Matba’ah Mushtafa al-Babby al-Halaby wa Auladi – Mesir.
[4] Mustadrak al-Hakim juz 2 Kitab Tafsir hal. 514, cet. Dar al-Fikr.
[5] Tafsir ad-Durr al-Mantsur juz 8 hal. 410 – 416.
[6] Muqaddimah Fathul Bari, juz 2 hal. 213
[7] Muqaddimah Fathul Bari, juz 2 hal. 202
[8] Ibn Hajar, Tahdzib at-Tahdzib, juz 6 hal. 36; al-Khatib al-Baghdadi, Tarikh Baghdad, juz 1 hal. 223
[9] Dengan Syarah an-Nawawi, jilid ke 7, juz 14 hal. 177-178
[10] Sunan An-Nasa’I, ktb Tahrim ad-Dam; bab Sakaratu ahlil kitab, dengan syarah As-Suyuthi 7/112-113
[11] Dalam Dalail an-Nubuwwah
[12] Dalam Tafsir Ma’alim at-Tanzil 7/323
[13] Asbab an-Nuzul, hal. 230-231, cet. Dar al-Fikr 1980
[14] Tafsir ibn Katsir 4/574
[15] Tafsir ad-Durr al-Mantsur, juz 8/ hal. 387-388
[16] Kitab at-Thibb; bab as-Sihr; hadits no. 5763 (Fathul Bari, juz 21 hal. 356 – 364)
[17] Tahdzib at-Tahdzib.
[18] Suyuthi, al-Itqan juz 2
[19] Syarah Nahjul Balaghah, jilid 1 juz 4 hal. 371
[20] Ucapan orang-orang zhalim ini juga tertulis dalam surah al-Furqan: 8
Diposkan oleh Rahbar di 7:06 PM

Syubat ini pertama kali dimunculkan oleh sebagian pihak (Syi’ah) yang ingin mendiskreditkan Ahlu Sunnah dengan menyerang kitab hadist utama dalam Ahlu Sunnah yaitu Shohih Bukhori.Salah satunya adalah mengenai hadist ini,hadist mengenai sihir yang menimpa Nabi SAW.

alhamdulillah artikelnya sangat bermanfaat

Ass wr wb,
InsyaAllah yg antum sampaikan benar ada nya; logikanya sama Umar aja setan takut, masa sama Rasul nggak

Rasulullah berkata, “Wahai, Umar !!
Demi jiwaku yang berada dalam Genggaman-Nya !!
Tidaklah setan mendapatimu berjalan di suatu lembah melainkan Setan itu akan mengambil Jalan lain yang tidak kamu lewati”.

(HR. Al-Bukhari dari Sa’ad bin abi waqash radiyallahu anhu).

assalamu’alaikum terimakasih sangat bermanfaat

Saya sudah baca Pro kontra Rosululloh SAW terkena sihir di beberapa blog. Sy sendiri berkesimpulan dan berpendapat jika memang benar beliau terkena sihir, itu bukan hal yang muatahil. Karena peristiwa itu terjadi karena ijin Allah semata. Tanpa ijin Allah segala sesuatu tidak akan terjadi. Sebagaimana terbunuhnya nabi-nabi Allah oleh kaum yahudi sebagaimana Allah jelaskan dlm Al-Qur’an yang insya allah derajatnya lebih dari para tabiin. Mengapa Allah ijinkan? Pasti ada sesuatu. Tugas Rasul yang utama adalah tersampaikannya wahyu kepada umatnya. Jika sudah tunai tugasnya tentu Allah akan memanggilnya pulang dengan cara yang dikehendakiNya pula. Karena cara yang dikehendakiNya pun memiliki tujuan. Tentang Rosul SAW terkena sihir menurut saya itu tidak merendahkan derajat beliau, karena Alloh mendesain beliau sebagai uswatun hasanah. Agar menjadi uswatun hasanah yang contoh sikap, perbuatan,tutur kata dsb dapat ditiru dan diterapkan oleh umatnya maka Alloh benar-benar membuatnya seperti manusia biasa yang bisa terkena apa saja sebagaimana umatnya juga dapat mengalami. Kalau tidak demikian maka sulit rasanya umat ini mengikutinya. Bahkan Rosululloh orang yang pernah mengalami cobaan yang jauh lebih berat. Rosul pernah menjadi yatim, pernah kaya, pernah miskin, kelaparan dll. Cobaan berupa pengalaman hidup merupakan cobaan yang melibatkan rasa, dan merupakan alat pembelajaran yang paling tepat. Rasa tidak dapat dijelaskan dengan kata-kata. Orang yang tidak pernah mengalami sakit gigi tidak akan tahu bagaimana rasa nya sakit gigi. Seorang pemimpin tidak akan tahu rasanya menjadi orang miskin kalo dirinya tidak pernah mengalami miskin. Makanya Rosululloh senantiasa puasa. Ini salah satu cara beliau mengolah rasa menjadi semakin lembut dan kasih sayang. Kalo saya melihat hikmah peristiwa tersebut:
1. Merupakan bentuk pembelajaran dari Alloh SWT, bagaimana pengaruh sihir terhadap seseorang dan seperti apa rasanya.
2. Menambah keyakinan Rosululloh, bahwa sihir itu nyata ada. Walaupun Rosululloh pasti tanpa begitupun sudah yakin. Ingat permintaan Ibrahim kepada Allah, agar Allah menunjukan kekuasaan Allah dalam mengidupkan. Kata beliau agar lebih yakin. Maka Allah hidupkan burung yang telah dicincang yang anggota tubunya dipisahkan jauh.
3. Menunjukan kemu’jizatan Al-Qur’an dalam menundukan sihir, sebagaimana tongkat nabi Musa as. Dan sebagai umat Nabi SAW harus bersukur, karena mu’jizat nabinya diwariskan kepada umatnya tidak seperti tongkat nabi Musa as.
4. Rosululloh mengajarkan doa dan cara berlindung kepada Allah terhadap kejahatan makhluknya termasuk sihir. 5.Sebagai sebab diturunkannya surat Al-Qur’an mengenai peristiwa tersebut.
6. Isyarat bahwa kita harus senantiasa memohon perlindungan dariNya, sebersih dan setinggi apapun iman kita. Dengan berdoa berarti kita merasa butuh kepadaNya.
7. Perisriwa ini seperti halnya kekalahan Rosululloh dalam perang. Bukan suatu aib tapi justru menunjukan kebenaran AL-QUR’AN.
8. Sesuatu diijinkan terjadi itu karena Allah hendak menambahkan nikmatnya kepada kita dengan kesempurnaan.
Jadi sesuatu yang terjadi terhadap Rosululloh yang tampaknya seperti aib, sejatinya bukanlah aib. Pasti kehendak Allah yang hendak menyempurnakan nikmatNya kepada kita. Yang penting kita tetap istiqomah di belakang Rosululloh walaupun apa yang terjadi terhadap beliau tidak akan membuat kita berpaling darinya. Wallohu a’lam.

subhanaAllah..wallahualam

Tinggalkan Balasan ke haha Batalkan balasan

Masukkan alamat surel Anda untuk berlangganan blog ini dan menerima pemberitahuan tulisan-tulisan baru melalui surel.

Bergabung dengan 27 pelanggan lain
Juni 2009
M S S R K J S
 123456
78910111213
14151617181920
21222324252627
282930  

Top Rating

Komentar Terbaru

Ratu Adil - 666 pada Ratu Adil Bukan Orang Ind…
Ratu Adil - 666 pada Ratu Adil Bukan Orang Ind…
Ratu Adil - 666 pada Ratu Adil Bukan Orang Ind…
Ratu Adil - 666 pada Ratu Adil Bukan Orang Ind…
Ratu Adil - 666 pada Ratu Adil Bukan Orang Ind…

RSS Berita Detik

  • Sebuah galat telah terjadi; umpan tersebut kemungkinan sedang anjlok. Coba lagi nanti.